top of page

Perkembangan PLTS di Indonesia dari Masa Ke Masa

PLTS Terapung Cirata menjadi PLTS pertama yang mengapung di danau Cirata. Pembangkis listrik ini memiliki kapasitas 192 Mega Watt peak (MWp). 


PLTS ini digadang-gadang sebagai PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia. Luasnya sendiri mencapai 200 hektare. Kawasan ini pun mulai diliput berbagai pihak, salah satunya adalah Nas Daily.


PLTS Terapung Cirata sudah diresmikan pada 9 November 2023 oleh Presiden Joko Widodo dengan harapan untuk membangun pembangkit listrik energi baru terbarukan dapat terwujud. 


Bagaimana dengan PLTS di Indonesia yang lain?


Sejarah singkat PLTS Indonesia (Perkembangan dari Masa ke Masa)

PLTS sudah menjadi perhatian banyak negara di dunia sejak tahun 1970-an. Jumlahnya yang tak terbatas serta tidak merusak lingkungan menjadi kelebihan PLTS. Mula-mula, sinar matahari dikonversi menggunakan fotovoltaik agar menghasilkan listrik.


PLTS pertama di Indonesia berada di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Bangli, Bali, PLTS ini menjadi proyek percobaan yang masing-masing memiliki kapasitas 1 MW.


Penancangan ini sudah dilakukan sejak tahun 2012. HIngga sekarang sudah berjalan dengan baik untuk memberi suplai energi listrik di lingkungan sekitar. 


Universitas Indonesia memiliki PLTS terapung bifacial pertama di Indonesia. Lokasinya berada di Danau Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 


Kemudian, PLTS Terapung Cirata merupakan PLTS terapung pertama di Indonesia. Lokasi pembangkit ini berada di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat. Tahukah Anda kalau kapasitas produk listriknya mencapai 145MW. 


PLTS terapung ini diresmikan pada tanggal 23 Oktober 2023 dan menjadikannya PLTS terbesar di Asia. Serta PLTS terapung pertama di Indonesia. 


Perkembangan dari Masa ke Masa

Perkembangan PLTS di Indonesia semakin meningkat pesat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika, tahun 2018 penggunaan sumber energi surya mencapai 14 MW, tahun 2020 penggunaannya mencapai 18 MW. 


Varian PLTS pun tidak hanya tipa ground saja, sekarang pembangkit listrik tenaga matahari untuk atap rumah pun tersedia. Pengguna PLTS atap disinyalir mencapai 2500 unit berdasarkan Katadata.co.id


Berbagai PLTS di Indonesia

PLTS di Indonesia terbagi dalam tiga jenis yaitu On Grid, Off Grid, dan Hybrid.

 

a. PLTS On Grid

PLTS On Grid merupakan jenis PLTS yang terhubung langsung ke jaringan listrik PLN. Dengan kata lain, PLTS On Grid dapat menghasilkan energi listrik dari panel surya yang dapat disalurkan ke jaringan listrik macam PLN, sehingga energinya dapat dimanfaatkan secara utuh. 


Sistem PLTS ini adalah solusi efektif untuk menekan biaya operasional. Selain murah, sistem ini terbilang sederhana jika dibandingkan dengan sistem lainnya. 


Sistem PLTS dinilai ideal untuk sektor komersial yang telah tersambung dengan jaringan listrik sehingga mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. 


b. PLTS Off Grid

Sistem PLTS Off Grid bekerja secara mandiri dan tidak terhubung pada jaringan listrik seperti PLN. Untuk menggunakannya, Anda harus memakai baterai untuk menyimpan daya listrik ketika tidak terkena tidak ada sinar matahari.


Jenis PLTS ini cocok untuk kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar yang masih kesulitan mendapatkan aliran listrik. Lebih terkhususkan lagi ketika wilayah tersebut kurang mendapatkan sinar matahari.


Contoh PLTS di Indonesia adalah proyek PLTS Off Grid di Desa Komunitas Adat Terpencil (KAT) Birang, Berau, Kalimantan Timur. Proyek ini adalah hasil dukungan dari SUN Energy.


c. PLTS Hybrid

PLTS Hybrid adalah gabungan dari sistem On Grid dan Off Grid yang terhubung dengan PLN tetapi punya baterai sebagai tempat penyimpan energi. Sistem hybrid membuat Anda mendapatkan fleksibilitas dan efisiensi penggunaan energi. 


Contoh proyek PLTS Hybrid adalah PLTS PV Roll Up yang ada di kawasan pertambangan Berau Coal di Suaran, Kalimantan Timur. PLTS Hybrid digunakan untuk kebutuhan operasional pertambangan.

 

Masa depan PLTS di Indonesia

Lembaga think tank Institute for Essential Services Reform (IESR) memperkirakan energi surya akan menjadi tulang punggung energi nol emisi pada tahun 2050. Tahun 2060 diproyeksikan pemakaian energi surya mencapai 61% dari total sumber.


Hal ini selaras dengan teknologi PLTS yang akan mainstream di Indonesia. Pertumbuhan di Indonesia akan semakin lebih cepat karena dipengaruhi oleh pasar global. Salah satunya terlihat dari cepekatan penurunan harga bid PLTS skala utilitas Proyek PLN yang turun sebesar 45% dalam lima tahun terakhir. 


Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyoroti tiga faktor pendukung untuk mendorong pengembangan PLTS di Indonesia. Ketiga hal tersebut adalah kemauan politik meliputi kebijakan dan regulasi yang berkelanjutan, pengembangan ekosistem terpadu dengan penentuan standar kualitas SDM, dan pertumbuhan industri manufaktur PV surya yang kompetitif. 


Dengan sumber daya PLTS modular yang mencapai 3300 GW menjadi pilihan yang paling rasional untuk Indonesia agar bebas karbon di 2060. 


7 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page